Keabadian Firman Tuhan di Tengah Ketidakkekalan Dunia

Dalam Alkitab, khususnya pada kitab Yesaya 40:8, terdapat sebuah ayat yang berbunyi: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Ayat ini menyampaikan pesan mendalam tentang sifat sementara dunia dan keabadian firman Tuhan.

Makna Simbolis Rumput dan Bunga
“Rumput menjadi kering” dan “bunga menjadi layu” melambangkan kefanaan hidup manusia dan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Seperti rumput yang cepat mengering di bawah terik matahari atau bunga yang layu dalam waktu singkat, hidup kita pun penuh dengan hal-hal yang tidak kekal—kekayaan, kesenangan, atau bahkan kesuksesan sementara. Ini mengingatkan kita bahwa apa yang tampak indah dan berharga di dunia ini pada akhirnya akan lenyap.

Keabadian Firman Tuhan
Namun, di tengah ketidakkekalan tersebut, ayat ini menegaskan bahwa “firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Berbeda dengan dunia yang terus berubah, firman Tuhan adalah konstan, tidak terpengaruh oleh waktu, dan menjadi sumber kebenaran yang abadi. Firman ini memberikan pedoman hidup, kekuatan, dan harapan yang tak pernah pudar, bahkan ketika kita menghadapi tantangan atau ketidakpastian.

Implikasi bagi Kehidupan
Bagi kita yang percaya, Yesaya 40:8 mengajak untuk tidak terlalu terpaku pada hal-hal fana. Sebaliknya, kita didorong untuk mengandalkan firman Tuhan sebagai fondasi yang kokoh. Dengan merenungkan dan mengamalkan ajaran-Nya, kita dapat menemukan makna hidup yang sejati dan kekuatan untuk menghadapi setiap musim kehidupan.

Kesimpulan
Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun dunia penuh dengan ketidakkekalan, firman Tuhan adalah jangkar yang kekal. Mari jadikan firman-Nya sebagai pusat hidup kita, sehingga kita dapat menjalani hari-hari dengan pengharapan dan keyakinan yang teguh.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *