Allah yang Tak Pernah Ingkar: Kejujuran Mutlak Tuhan dalam Bilangan 23:19
Ayat: “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?” (Bilangan 23:19)
Pernyataan tegas yang diucapkan oleh Bileam ini, ditengah tekanan Raja Balak yang memaksanya mengutuk Israel, menjadi pilar penting dalam memahami sifat dasar Allah. Ayat ini menyajikan kontras yang tajam antara manusia dan Sang Pencipta, terutama dalam hal kejujuran, keteguhan, dan kesetiaan.
- Bukan Manusia, Tidak Pernah Berdusta:
Kata pertama, “Allah bukanlah manusia”, langsung menegaskan perbedaan esensial. Manusia, karena kelemahan, ketidaktahuan, atau kepentingan pribadi, bisa dan sering berdusta. Namun, Allah sama sekali tidak terikat oleh keterbatasan ini. Dusta adalah hal yang mustahil bagi-Nya karena bertentangan dengan sifat-Nya yang Mahasuci dan Mahatahu. Setiap firman-Nya adalah kebenaran mutlak (Titus 1:2). - Bukan Anak Manusia, Tidak Pernah Menyesal seperti Manusia:
Manusia sering berubah pikiran atau menyesali keputusan karena emosi, informasi baru, atau ketidakkonsistenan. Allah tidak demikian. “Menyesal” di sini bukan berarti Allah salah, tetapi menggambarkan bahwa Allah tidak berubah-ubah seperti manusia yang mudah goyah. Keputusan dan rencana-Nya bersifat kekal, teguh, dan berdasarkan hikmat sempurna (1 Samuel 15:29). Jika Alkitab kadang menggambarkan Allah “menyesal” (misal, Kejadian 6:6), itu adalah bahasa antropomorfis (menggambarkan Allah dengan sifat manusia) untuk menyatakan respons-Nya terhadap dosa manusia, bukan perubahan dalam sifat atau rencana kekal-Nya. - Firman-Nya Pasti Jadi, Janji-Nya Pasti Tepat:
Bagian terakhir ayat ini adalah pertanyaan retoris yang menguatkan poin sebelumnya. Mustahil Allah mengeluarkan firman lalu tidak melaksanakannya! Mustahil Dia berjanji lalu mengingkarinya! Apa yang diucapkan-Nya pasti terjadi, apa yang dijanjikan-Nya pasti digenapi. Ini adalah jaminan kesetiaan Allah yang mutlak. Firman-Nya memiliki kuasa pencipta dan penggenapan (Yesaya 55:10-11).
Mengapa Ini Penting bagi Kita?
Pemahaman akan kebenaran dalam Bilangan 23:19 ini memberikan dasar yang kokoh bagi iman dan pengharapan kita:
- Dasar Iman yang Kuat: Kita dapat mempercayai Alkitab sepenuhnya karena berasal dari Allah yang tidak mungkin berdusta. Setiap janji-Nya adalah jaminan.
- Pengharapan yang Teguh: Dalam ketidakpastian hidup, kita berpegang pada janji-janji Allah (keselamatan, penyertaan, pemeliharaan) karena kita tahu Dia pasti menepatinya. Dia tidak akan berubah pikiran tentang kasih dan rencana-Nya bagi kita.
- Kepastian Keselamatan: Janji pengampunan dan hidup kekal melalui Yesus Kristus adalah firman Allah. Karena Allah tidak mungkin ingkar janji, keselamatan kita aman dan pasti (Yohanes 10:28-29).
- Ketenangan di Tengah Badai: Ketika doa seolah belum dijawab atau situasi sulit, kita diingatkan bahwa Allah tidak seperti manusia yang mungkin lupa atau mengubah janji. Waktu dan cara penggenapan-Nya mungkin berbeda dengan ekspektasi kita, tetapi kepastiannya mutlak.
Kesimpulan:
Bilangan 23:19 bukan sekadar pernyataan teologis, tetapi penegasan jaminan hidup. Allah kita adalah Pribadi yang sama sekali berbeda, melampaui keterbatasan manusiawi. Ketidakmungkinan-Nya untuk berdusta, berubah-ubah, atau ingkar janji menjadi batu karang tempat kita membangun kepercayaan yang tak tergoyahkan. Inilah Allah yang layak kita sembah dan percayai sepenuh hati, karena firman-Nya adalah kebenaran, rencana-Nya sempurna, dan kesetiaan-Nya kekal selamanya.